Pages

Friday, January 11, 2013

Jogetan Kang Koplak dan Mas Kopyor


Kisah humor Jogetan Kang Koplak dan Mas Kopyor ini terjadi pada saat cangkruan di warung kopi tempat keduanya sering ketemu, bercanda dan saling mengisi satu sama lain.

Saat itu Mas Kopyor sedang kopyor kepalanya karena harus membayar biaya sekolah anaknya, ya namanya menyekolahkan anak, ada kewajiban orang tua yang harus ditunaikan. Mas Kopyor tidak mau sambat tetang mahalnya biaya sekolah dan segala tetek mbengeknya tentang kebijakan pendidikan selama ini. Yang dia tahu saat ini harus bayar sekolah anak, dan pada saat ini lagi tidak ada duit, yang ada barang yang bernilai dan dapat diuangkan....simple saja cara berfikirnya, dan untuk dia mencoba menawarkan pada teman-temannya.

Dengan sikap yang kelihatan agak sungkan dan senyum khasnya, Mas Kopyor yang baru datang ke warung kopi menawarkan bufet yang belum jadi, tinggal pasang kaca, yang selama ini dia buat sendiri. Kepada Kang Koplak yang beberapa saat telah duduk disana sambil menikmati kopi untuk sekedar menghilangkan koplaknya, diisi dengan bercanda dengan teman-teman yang lain. Mas Kopyor tidak tahu kalau Kang Koplak juga lagi koplak, soalnya kurang lebih samalah :)

Mendengar tawaran itu, Kang Koplak berfikir sejenak, bagaimana caranya tanpa menolak tawaran Mas Kopyor, tapi dapat memberitahu keadaanya yang juga lagi koplak.

Sejurus kemudian, Kang Koplak berdiri dari tempat duduknya. Uang dikantong kurang lebih tinggal lima puluh ribuan. Kang Koplak beli empat pak rokok kegemaran teman teman yang ada disitu, dan beli dua kopyah kain hitam yang mudah dilipat di kantong, harganya tidak seberapa, hanya tiga ribu rupiah per kopyah.

Sambil menahan senyum :) , Kang Koplak melangkah menuju tempat Mas Kopyor dan teman lainnya yang lagi asyik menikmati kopi dan bercanda kesana kemari. Dia taruh rokok di kursi tempat teman teman berkumpul, dan dia berikan satu kopyah kepada Mas Kopyor, dan dia pakai satu kopyah untuk dirinya sendiri, sambil bilang " begini kepala yang koplak bin kopyor menjadi menjadi agak tidak terasa".

Mas Kopyor yang belum menyadari apa yang dilakukan Kang Koplak, sambil memegang kopyah yang diberikan Kang Koplak bertanya, " Kok bisa begitu"?, pada saat yang sama kopyahnya dia pakai.

Mendengar pertanyaan itu, Kang Koplak tertawa, diikuti teman teman yang lain, yang tahu keadaan Kang Koplak. :)

Sedetik kemudian, Mas Kopyor yang terbiasa membaca "fenomena sosial dan fenomena alam", tanggap!, dan segeralah meledak tawanya...... :) "ya ya ya ngerti saya, kalau begitu, nggak jadi menawarkan bufet saya" kata Mas Kopyor sambil tertawa :) , dan akhirnya mulailah Mas Kopyor bercerita panjang lebar sambil memaknai apa yang dia pakai. " Memang kepala kalau dipres kopyah seperti ini, kopyornya agak berkurang" :) , sambil mengenakan kopyahnya.

Disela ngobrol kesana kemari, Mas Kopyor bilang " kopyah ini akan saya pakai sampai dirumah, istri saya pasti ketawa", karena dia tahu kalau suaminya lagi berusaha cari uang untuk bayar sekolah anaknya, pulang pakai kopyah, yang tidak biasa dia pakai pada keseharian apalagi kalau ke warung kopi.

Betul, selang beberapa hari, Mas Kopyor bercerita kepada teman teman diwarung kopi, kopyah yang kemarin di beri Kang Koplak dia pakai sampai ke rumah, kontan mendapat komentar dari sang istri, " Berdandan ala apa aja?" sambil menahan senyum :) sang istri bertanya pada Mas Kopyor, yang dia tahu selama ini suaminya jarang berpakaian dengan kelengkapan kopyah di kepala. Dasar Mas Kopyor yang mencoba bersikap tetap tersenyum meski di hadapkan pada persoalan hidup yang selama ini menemaninya, dia pun menjawab " O....ini kopyah singkir kopyor, pemberian Kang Koplak" :)

Yang jelas, meski pada saat itu soal pembayaran uang sekolah belum terselesaikan, namun dapat dilewati dengan senyuman..... :) toh pada akhirnya, entah dari mana, persoalan bayar sekolah kelar juga pada saatnya.

Kenapa kepala orang bisa koplak atau kopyor?, ya karena punya kepala, coba kalau nggak punya kepala, pasti tidak akan koplak atau kopyor :)

(Seperti diceritakan Kang Koplak dan Mas Kopyor pada Penulis)

No comments:

Post a Comment