Keris Naga Raja Kamardikan

Sunday, January 13, 20132comments

Sepintas gambar disamping adalah Keris Naga Raja tangguh sepuh, entah itu majapahit atau mataram kuno. 

Tapi apa betul begitu?

Andaikata penjualnya tidak mengatakan yang sebenarnya mungkin saya, bahkan mungkin anda juga akan menganalisa demikian.

Teman yang sudah bergelut di dunia perkerisan sebelas tahun lebih, sempat terheran-heran dengan Keris Naga Raja Rehapan garap Madura tangguh Kamardikan ini. Bahkan beliau sempat hampir tidak percaya kalau ini adalah hasil rehapan. 

Gonjo yang aslinya gonjo wulung pun direhap menjadi gonjo wilut, dengan garapan yang demikian halus seolah ini adalah keris tangguh sepuh, dan memang demikian jika kita melihat bahan yang dipakai, jika kita deteksi dengan alat yang mampu untuk menunjukkan komposisi logam yang ada pada keris tersebut pun akan menganalisa sebagai tangguh sepuh, minimal mataram bahkan majapahit

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi, seperti pernah saya sampaikan pada tulisan Sulitnya Menentukan Tangguh Keris :
" Belum lagi adanya keris bahan tua yang berasal dari keris tua/sepuh (biasanya disebut keris T) yang direhap menjadi keris berdapur sesuai pakem tangguh Mataram, Majapahit atau tangguh sepuh lainnya. Apakah keris seperti ini bisa disebut keris tangguh sepuh/tua atau Keris Kamardikan atau mungkin Keris Putran? "

Inilah bukti yang saya sampaikan diatas, dan bagi mereka yang bergelut di dunia perkerisan tahu tentang hal ini, meskipun demikian bisa jadi meskipun tahu, masih juga "kena" dengan keris jenis rehapan seperti ini jika penggarapannya halus, atau kita tidak teliliti menganalisa sebuah keris :)

Nah, jika ini ada betulkah keris yang selama ini anda yakini bertangguh sepuh betul betul asli bertangguh sepuh?, jangan jangan keris yang anda simpan juga keris hasil rehapan, yang nisbatkan sebagai keris bertangguh sepuh? :)

Inilah mengapa ilmu tangguh keris menjadi sanggat penting untuk mengetahui tangguh keris dan keaslian atau orisinil-nya sebuah keris.  

Mengapa keris semacam ini ada?, kembali kalau sudah seperti ini "pasar" yang membuat semua ini ada, ini salah satu yang menjadikan keris rehapan ada di pasaran.


Bisa jadi karena "eman" jika keris sepuh yang merupakan hasil karya para empu terdahulu harus menjadi "besi tua" yang tidak terawat dan harus dilebur bersama besi tua lainnya, para "empu pengrajin keris" ini memanfaatkan menjadi sebuah karya yang masih bisa dinikmati oleh penggemar keris.

Persoalannya, apakah apa yang diharapkan oleh para empu terdahulu dengan membuat dapur, luk dan pamor keris beserta ricikan yang menjadi satu kesatuan dalam keris yang didalamnya terkandung makna simbolik dan makna filosofis sebuah keris, bahkan jika dikaji lebih dalam keris juga merupakan sebuah  "harapan dan pesan" dari seorang pemesan keris atau empu pembuat keris yang diwujudkan dalam sebuah karya monumental berupa keris (yang mampu bertahan ratusan tahun) sebagai bentuk "cindera mata" kepada pemegang keris berikutnya telah selesai, sampai dengan direhapnya keris sepuh tersebut? dan berganti dengan "harapan dan pesan" baru dari "empu pengrajin keris" yang baru? dengan merubah dhapur keris, pamor keris, ricikan keris bahkan gonjo keris, entahlah.... :)

Bisa jadi "harapan dan pesan" itu sudah lagi tidak diindahkan oleh pemegang keris berikutnya?, sehingga keris tidak lagi terawat dengan baik sehingga hukum alam yang namanya besi yang termakan karat lama lama juga rusak.
Terkait dengan hal ini ada yang berpendapat bahwa rehapan masih dalam batas toleransi manakala itu dilakukan tidak merubah pesi (peksi atau pepek ke isi = sempurnanya isi), karena ada pula yang dengan  sengaja merubah keris menjadi beberapa bagian dan dijadikan jenis wesi aji/tosan aji lainnya, yang tentunya lebih kecil bentuknya.

Kembali dhapur keris diatas?

Kalau dilihat dari pamornya, kalau tidak salah adalah Uler Lulut, dibuat seolah ini adalah ekor naga. Apakah pada ada dapur keris Naga Raja pada tangguh Majapahit? yang jelas kalau tangguh Majapahit dapur Naga yang ada terlalu detail. 
Untuk Dhapur Naga menurut  Dhapur Keris Menurut Pakem Jawa adalah :
  • Naga Salira dan Naga Siluman untuk luk 5
  • Naga Keras dan Naga Kikik untuk Luk 7
  • Naga Siluman untuk Luk 11
  • Nagasasra dan Naga Siluman untuk Luk 13
Entah kalau menurut pakem yang lain, belum ada referensi yang cukup untuk itu :)

Karena sudah jelas informasinya terkait dengan asal muasal keris Naga Raja tersebut, lalu Keris Semi hasil rehapan diatas kita masukkan tangguh mana? pilihanya ya tinggal Tangguh Kamardikan karena direhap pada era setelah Indonesia Merdeka, dan apakah salah jika disebut Keris Kamardikan ? :)

Jika Keris Kamardikan di khususkan penyebutannya untuk keris baru yang digarap baru setelah Indonesia Merdeka, bagaimana dengan sebutan untuk jenis keris semacam ini?

Jika Keris Kamardikan keberatan dengan masuknya jenis keris semacam ini tentu tidak akan keberatan jika Tangguh Kamardikan dinisbatkan untuk keris yang di rehap pada era setelah Indonesia Merdeka.

Sebutan untuk keris semacam ini di kalangan antikan disebut Keris Semi yang selama ini sudah melekat untuk keris semacam ini , terutama istilah ini populer di Jawa Timur.

Baca Juga :
Share this article :

+ comments + 2 comments

April 10, 2017 at 5:12 PM

Masa tho gan?

April 10, 2017 at 5:13 PM

Masa tho gan?

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Indo Keris - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger