Seperti saya sampaikan pada tulisan Mengapa Kadang Mahar Sebuah Keris Terkesan Ganjil, yang menggabarkan bagaimana logika berfikir seseorang yang menginginkan mas kawin atau mahar.
Referensi lain menyebutkan bahwa :
" Mas Kawin ..... Dalam dunia perkerisan adalah pembayaran sejumlah uang atau barang lain,
sebagai syarat transaksi atau pemindahan hak milik atas sebilah keris,
pedang, atau tombak. Dengan kata yang sederhana, mas kawin atau mahar
adalah harga.
Istilah mas
kawin atau mahar ini timbul karena dalam masyarakat perkerisan terdapat
kepercayaan bahwa isi sebilah keris harus cocok atau jodoh dengan
pemiliknya. Jika isi keris itu jodoh, si pemilik akan mendapat
keberuntungan, sedangkan kalau tidak maka kesialan yang akan diperoleh.
Dunia perkerisan juga mengenal istilah melamar, bilamana seseorang
berminat hendak membeli sebuah keris", untuk lebih jelasnya, klik disini.
Berbeda dengan dua model transaksi diatas, kisah ini dimulai saat beberapa waktu seorang teman menawarkan keris dhapur singo barung luk 7 tangguh kamardikan seharga Rp. 400.000,- kondisi tanpa rangka. Melihat pesan teman ini saya jawab "biaya lagi untuk rangka" :)
Setelah guyonan beberapa pesan singkat, disampaikan bahwa dulu dibeli Mbah Kutorejo (sebut saja demikian, orang yang selama ini dihormati dan dilaksanakan setiap arahan dan petunjuknya oleh teman saya ini) dari orang yang lagi butuh untuk berobat senilai Rp.500.000,- dan tadi ingat keris singo barong ini setelah sekian lama, bahkan terlewatkan untuk di belikan rangka, karena saya tahu beliau ini sangat perhatian terhadap rangka, bahkan selut. Berbeda dengan Mbah Mrutuk yang lebih suka memaharkan kerisnya dalam kondisi tanpa rangka.
Inilah yang mungkin perlu kita cermati, bagaimana transaksi yang terjadi. Seseorang yang datang dalam kondisi "butuh" dan menawarkan barang, saya kira saat itu Mbak Kuterojo tidak banyak tanya ini dan itu, jika ada yang dipakai (ada uang) tentu dengan senang hati membeli, transaksi semacam ini saya kira masuk dalam wilayah "tolong menolong dalam kebaikan", bukan transaksi biasa, dan biasanya penjual pun mengerti tentang hal ini dengan menawakan barang di bawah harga pasar.
Apabila mengerti proses yang demikian, siapapun yang mengerti tentang hal tersebut, apabila ditawari tentu tidak akan bertanya lagi tentang kondisi barang dan sebagainya, karena memang sudah selayaknya orang yang memudahkan urusan orang lain juga mendapatkan kemudahan.
Mendengar proses yang demikian, tentu kita bersyukur kalau ada yang dipakai (punya uang) dan saya sampaikan "kalau demikian prosesnya, bawa ke rumah langsung cair" :)
Mengapa bisa begitu, karena selama ini telah saya sampaikan kepada teman ini bahwa, kata kunci dalam berbisnis adalah kejujuran, dan saya percaya untuk hal ini teman saya jujur, jika tidak... bukan urusan saya :)
Mengapa bisa begitu, karena selama ini telah saya sampaikan kepada teman ini bahwa, kata kunci dalam berbisnis adalah kejujuran, dan saya percaya untuk hal ini teman saya jujur, jika tidak... bukan urusan saya :)
Dimana keuntungan Beli Rp. 500,000 Jual Rp. 400.000,-?
Karena sudah menolong orang lain yang sedang butuh untuk berobat :)
Dan entah benar atau tidak, uang hasil penjualan ini pun bukan untuk beliaunya melainkan untuk teman saya, sebagai modal usaha :)
Post a Comment