Masih tentang Mbah Mrutuk, sosok bersahaja ini masih menginspirasi tulisan ini.
Beberapa waktu lalu Mbah Mrutuk ingin memaharkan keris kamardikan yang beliau pesan pada tahun 1972 pada seorang empu di kediri (sayang tidak disebutkan siapa nama empu pembuatnya) dengan harga 2 (dua) ekor kambing dan uang sebesar Rp. 115 saat itu (jika dikurs dengan uang sekarang kurang lebih nilai nominalnya hampir 2 atau 2,5 juta rupiah, kurang lebih sama dengan nilai nominal jika anda memesan keris kamardikan sekarang (teman "keliling" yang selama sering berkunjung ke rumah menawakan/memberikan informasi jika ada keris teman yang ingin dijual/dimaharkan ini pernah memberi informasi bahwa harga sebuah keris kamardikan pesanan baru bisa mencapai angka 2 sampai 2,5 juta rupiah, bahkan untuk empu yang membuat dengan bahan seperti keris pusaka lama dan metode pembuatannya seperti jaman itu harganya bisa mencapai puluhan juta, disamping itu penyelesaian pekerjaan baru bisa selesai satu tahun bahkan lebih).
Keris dapur tilam upih kelengan (tidak berpamor) yang samar samar bertuliskan ain mim nun pada bagian tungkakan (tumit), sedikit diatas gonjo, yang beliau pesan pada tahun 1972 pada seorang empu di kediri itu, mahar yang beliau minta hanya Rp. 300.000,-
"Teman keliling" yang saat itu berkunjung ke Mbah Mrutuk, sempat menanyakan "kalau dulu pesannya dengan harga 2 (dua) ekor kambing dan uang sebesar Rp. 115 saat itu, kenapa sekarang dimaharkan Rp. 300.000,- mbah?", dengan santai Mbah Mrutuk menjawab, "uang Rp. 300.000,- itu bagi saya sekarang banyak" :)
Dari komunikasi yang terjadi antara Mbah Mrutuk dan teman "keliling" selama ini diperoleh informasi bahwa beliau tidak ingin merepotkan anaknya, bahkan padi dari hasil sawah selama ini tidak pernah di jual, diperlukan untuk konsumsi sendiri (tidak disampaikan berapa luas lahan yang ada dan bagaimana biaya operasional untuk menanam dan biaya operasinal lainnya). Yang saya tangkap adalah bagaimana beliau menjaga apa yang beliau makan.
Ketika "teman keliling" menunjukkan rasa herannya kenapa Mbah Mrutuk senang dengan angka 300, saya pun menimpali kenapa nggak ditanyakan kepada beliau. Dan benar pada saat kunjungan berikutnya,"teman keliling" mendapatkan jawaban dari Mbah Mrutuk "kebutuhan saya selama dua minggu itu Rp. 300.000,-" jawab Mbah Mrutuk santai :)
Ikuti Kisah lanjutannya..... Kalau Barter Saya Minta Tambahan Rp. 210.000,- semoga kisah berikutnya ini dapat menjawab mengapa kadang mahar sebuah keris terkesan ganjil, misalnya Rp. 510.000,- :)
+ comments + 1 comments
nonton dan saksikan sabung ayam filipin hanya di www.bolavita.cc
Post a Comment