Beberapa waktu yang lalu saya menulis Keris Naga Raja Kamardikan, intinya saya mendiskripsikan bahwa,
"saat ini di pasaran beredar keris hasil rehapan, dari keris bertangguh sepuh/tua yang direhap menjadi dapur yang sama sekali baru, dan sangat mirip dengan keris bertangguh sepuh/tua atau dapur yang sama sekali baru yang tidak ada dalam pakem keris sepuh/tua"
Kondisi semacam ini tentu akan menimbulkan pro dan kontra, masing-masing yang setuju maupun tidak setuju dengan "keris rehapan" tentu mempunyai argumentasinya masing-masing.
Untuk yang setuju dengan keris rehapan kemungkinan besar akan setuju dengan adanya keris cor atau keris kerisan.
Salah satu pertimbangan yang paling kuat adalah "permintaan pasar".
Dan yang membutuhkan diantaranya untuk acara resepsi pengantin adat jawa dan adat daerah lain.
Kemungkinan lain adalah memanfaatkan hasil karya para empu terdahulu menjadi sebuiah karya baru, baik meniru dapur sepuh maupun membuat dapur kotemporer sebagaimana dhapur-dhapur keris kamardikan.
Dan kemungkinan lain, bagi mereka yang sudah lama bergelut di dunia perkerisan "faham" untuk hal ini, tinggal mau apa tidak.
Untuk yang tidak setuju, tentu juga punya argumen tentang hal ini, salah satunya, setelah keris dibuat hanya dilakukan pembersihan atau diamandikan yang dikenal dengan tradisi siraman. Dan keris tidak pernah diasah setelah keris itu jadi, untuk lebih jelasnya lihat disini
Diasah saja tidak pernah, apalagi di rehap?, saya pikir untuk yang masih "ngugemi" atau memperhatikan hal ini tentu tidak akan sependapat dengan adanya keris rehapan, keris semi daur ulang atau keris cor.
Bagaimana kalau rehapnya hanya sedikit dan tidak merubah bentuk dhapur, luk, maupun gonjo? ..... apakah orang-orang dahulu tidak pernah melakukan hal ini dan dianggap tabu?.... entahlah
Lepas dari setuju atau tidak setuju, tentu untuk masing-masing pendapat akan perpengaruh pada keris pilihan, sementara pilihan yang ada adalah keris rehapan, keris semi daur ulang atau keris cor dan keris baru yang benar benar dibuat baru dari bahan yang sama sekali baru dengan dhapur dan ricikan yang bebas tanpa terikat oleh pakem yang ada, yang kita kenal dengan sebutan KERIS KAMARDIKAN (proses pembuatan keris baru dapat dilihat pada video yang diambil dari you tube) dan keris sepuh mulai dari tangguh yang paling muda, tangguh mataram sampai dengan tangguh kabudan.
Meskipun berbeda pendapat dalam hal ini, saya kira mayoritas pecinta keris akan sependapat kalau kriteria pemilihan keris akan memperhatikan : Tangguh, Sepuh dan Utuh (TUS) kriteria ini dikelompokkan dalan aspek "eksoteri keris.
Ada juga yang menambah kriteria keris pilihan disamping Tangguh, Sepuh dan Utuh (TUS), masih tambah dengan memperhatikan aspek "isoteri" keris. Dan biasanya untuk hal ini di lakukan dengan "menayuh" Keris, ilmunya disebut "ilmu tayuh"
Atau bahkan tidak memerhatikan Tangguh, Sepuh dan Utuh (TUS), hanya aspek "isoteri" keris. Biasanya keris semacam ini disebut "Keris Tayuhan"
Perseberangan pandangan untuk yang sependapat dengan keris rehapan dan yang hanya memperhatikan aspek "isoteri" keris saja tentu akan sangat jauh perbedaanya, mungkin ungkapan yang pernah saya dengar tentang hal ini dapat menggabarkan perbedaan pendapat dalam hal ini.
Persoalannya adalah, jika anda termasuk yang tidak mencari keris rehapan, sementara anda mendapatkan keris rehapan, tanpa mengetahui bahwa keris tersebut adalah keris rehapan tentu akan kecewa, kecuali memang sejak awal masing masing tahu bahwa keris yang ditransaksikan, dimaharkan atau di jual adalah keris rehapan.
"saat ini di pasaran beredar keris hasil rehapan, dari keris bertangguh sepuh/tua yang direhap menjadi dapur yang sama sekali baru, dan sangat mirip dengan keris bertangguh sepuh/tua atau dapur yang sama sekali baru yang tidak ada dalam pakem keris sepuh/tua"
Kondisi semacam ini tentu akan menimbulkan pro dan kontra, masing-masing yang setuju maupun tidak setuju dengan "keris rehapan" tentu mempunyai argumentasinya masing-masing.
Untuk yang setuju dengan keris rehapan kemungkinan besar akan setuju dengan adanya keris cor atau keris kerisan.
Salah satu pertimbangan yang paling kuat adalah "permintaan pasar".
Dan yang membutuhkan diantaranya untuk acara resepsi pengantin adat jawa dan adat daerah lain.
Kemungkinan lain adalah memanfaatkan hasil karya para empu terdahulu menjadi sebuiah karya baru, baik meniru dapur sepuh maupun membuat dapur kotemporer sebagaimana dhapur-dhapur keris kamardikan.
Dan kemungkinan lain, bagi mereka yang sudah lama bergelut di dunia perkerisan "faham" untuk hal ini, tinggal mau apa tidak.
Untuk yang tidak setuju, tentu juga punya argumen tentang hal ini, salah satunya, setelah keris dibuat hanya dilakukan pembersihan atau diamandikan yang dikenal dengan tradisi siraman. Dan keris tidak pernah diasah setelah keris itu jadi, untuk lebih jelasnya lihat disini
Diasah saja tidak pernah, apalagi di rehap?, saya pikir untuk yang masih "ngugemi" atau memperhatikan hal ini tentu tidak akan sependapat dengan adanya keris rehapan, keris semi daur ulang atau keris cor.
Bagaimana kalau rehapnya hanya sedikit dan tidak merubah bentuk dhapur, luk, maupun gonjo? ..... apakah orang-orang dahulu tidak pernah melakukan hal ini dan dianggap tabu?.... entahlah
Lepas dari setuju atau tidak setuju, tentu untuk masing-masing pendapat akan perpengaruh pada keris pilihan, sementara pilihan yang ada adalah keris rehapan, keris semi daur ulang atau keris cor dan keris baru yang benar benar dibuat baru dari bahan yang sama sekali baru dengan dhapur dan ricikan yang bebas tanpa terikat oleh pakem yang ada, yang kita kenal dengan sebutan KERIS KAMARDIKAN (proses pembuatan keris baru dapat dilihat pada video yang diambil dari you tube) dan keris sepuh mulai dari tangguh yang paling muda, tangguh mataram sampai dengan tangguh kabudan.
Meskipun berbeda pendapat dalam hal ini, saya kira mayoritas pecinta keris akan sependapat kalau kriteria pemilihan keris akan memperhatikan : Tangguh, Sepuh dan Utuh (TUS) kriteria ini dikelompokkan dalan aspek "eksoteri keris.
Ada juga yang menambah kriteria keris pilihan disamping Tangguh, Sepuh dan Utuh (TUS), masih tambah dengan memperhatikan aspek "isoteri" keris. Dan biasanya untuk hal ini di lakukan dengan "menayuh" Keris, ilmunya disebut "ilmu tayuh"
Atau bahkan tidak memerhatikan Tangguh, Sepuh dan Utuh (TUS), hanya aspek "isoteri" keris. Biasanya keris semacam ini disebut "Keris Tayuhan"
Perseberangan pandangan untuk yang sependapat dengan keris rehapan dan yang hanya memperhatikan aspek "isoteri" keris saja tentu akan sangat jauh perbedaanya, mungkin ungkapan yang pernah saya dengar tentang hal ini dapat menggabarkan perbedaan pendapat dalam hal ini.
"Mending beli bendo (belati besar), bisa dipakai untuk keperluan sehari hari sebagai alat rumah tangga".
Lucunya, kadang penjual atau yang memaharkan keris bisa jadi tidak tahu bahwa keris yang dijual atau dimaharkan adalah keris rehapan.... yang tahu malah calon pembeli? :)
Saking hebatnya yang membuat keris rehapan :)
Hal ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk penulis..... Untuk itu berhati hati dalam menentukan keris pilihan.
Hal ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk penulis..... Untuk itu berhati hati dalam menentukan keris pilihan.
No comments:
Post a Comment